KATAHATI.ID, JAKARTA— Circular Economy (Ekonomi Sirkuler) senapas dengan agenda global indah lainnya seperti green economy, green energy dan Sustainable Development Goals (SDGs). Intinya, upaya menjaga keberlangsungan hidup bumi atau memperlambat Entrofi guna mewariskan bumi yang lestari ke generasi berikutnya.
Namun dalam praktek sehari-harinya untuk kita, warga Indonesia, konsep ini masih sekedar slogan. Misalnya, dalam soal penelolaan sampah. Dia bukan program prioritas -urgent, serta belum dirasakan sebagai agenda milik bersama. Jadi.. dari mana kita mesti memulainya? Bagaimana Kita bisa memulai dari diri sendiri, keluarga terdekat, komunitas, lalu menjadi gerakan sosial yang masif?
Ada aspek penting dalam konsep ini yaitu cara mengonsumsi makanan (termasuk pengeolaan yang efisien dn effektif) dan manajemen pembuangan/ sampah. Mari, Kita mulai dari sampah…
Jika menilik data, merdasarkan data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), Indonesia menghasilkan 67,8 juta ton sampah pada 2020. Penyumbang sampah terbesar berasal dari rumah tangga yakni sebanyak 37,3%.
Produksi sampah makanan di Indonesia—sejalan dengan kian boomingnya industri kuliner— di Indonesia menjadi yang tertinggi di Asai Tenggara. Mengutip data Program Lingkungan PBB (UNEP), Indonesia menghasilkan 20,93 juta ton/ tahun sampah.
Data SIPSN (Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional), yang mencatat penanganan sampah rumah tangga dan sampah sejenis sampah rumah tangga selama 2021 yang berasal dari 233 Kabupaten/kota se-Indonesia sama saja. Timbunan sampah RT dan sejenisya di Indonesia mencapai juta ton/tahun, sampah terkelola 65% dan tidak terkelola 35%.
Problem ini menyebabkan Menko Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan bermimpi,” "Kami bermimpi pada tahun 2024 kuartal kedua kita bisa mengolah 12.000 ton sampah per hari dan menjadikan Indonesia bersih," kata Menko Luhut Pandjaitan saat hadir di Gerakan Laut Bersih Nasional Tahun 2022 di Tanjung Priok, Jakarta Utara, awal September.
Ekonomi Sirkuler Jawabannya?
Ekonomi Sirkuler sudah diterapkan di Cina sejak 1990-an sebagai jawaban dari pertumbuhan ekonomi Negeri itu yang sangat fantastik dan terbatasnya sumberdaya alam. Tujuan utamnya adalah mengharmoniskan antara laju pertubuhan ekonomi- pembangunan yang pesat dan sumberdaya alam dan lingkungan.
Ruset Bain menunjukkan kesadaran para pemimpin dunia via World Economic Forum semakin meningkat terhadap kebutuhan Ekonomi Sirkuler. Kalangn eksekutif di sektor rantai nilai sepakat meningkatkan porsi pengeluaran untuk Ekonomi Sirkuler dua kali lipat sebelum 2030.
Pengertian Ekonomi Sirkuler
Ekonomi Sirkuler merupakan sebuah konsep ekonomi dalam alur lingkaran tertutup, dimana kita berusaha untuk menggunakan sumber daya, bahan baku maupun produk jadi yang bisa dipakai ulang untuk selama mungkin dan menghasilkan sampah atau limbah seminimal mungkin. Dimana dalam konsep tersebut menerapkan prinsip 5R yaitu Reduce, Reuse, Recycle, Recovery dan Repair.
Untuk lebih mudah memahami, berikut ini ilustrasi lebih detail dalam contoh. industri fashion (pakaian):
1. Reduce: Proses pemotongan kain dilakukan dengan pola yang memungkinkan kain lebih sedikit terbuang. Dengan begitu pemakaian bahan baku benang atau kapas bisa jauh lebih hemat untuk hasil yang sama.
2. Repair: Saat pakaian itu sudah dipakai dan rusak bisa dijahit kembali menjadi produk yang sama atau layak pakai.
3. Reuse: Ketika pakaian sudah sulit untuk diperbaiki, kainnya dipakai lagi untuk kegunaan yang lain. Misal dipakai sebagai lap.
4. Recovery: Seandainya pun kain kurang cocok untuk dijadikan sebagai lap, masih bisa dilakukan proses pengolahan kembali. Misalnya dipotong menjadi kain perca untuk kemudian digunakan dalam pembuatan tas, bantal atau kerajinan tangan lainnya.
5. Recycle: Seandainya pun kondisinya sudah tak bisa lagi dipakai sebagai kain, potongan kainnya didaur ulang untuk menjadi pupuk kompos atau dikirimkan ke tempat pengolahan.
Ekonomi Sirkuler di Indonesia
Saat ini, sistem ekonomi di Indonesia masih menggunakan model linear, model yang dianggap mampu memaksimalkan hasil dan keuntungan. Namun, model linear tersebut merupakan model yang tidak berkelanjutan untuk jangka panjang karena pendekatan sistem linear menggunakan pendekatan “ambil-pakai-buang”.
Ekonomi sirkular di Indonesia, menurut Bappenas, tercakup di dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020 – 2024, di bawah Agenda Prioritas Nasional 1: Memperkuat Ketahanan Ekonomi untuk Pertumbuhan yang Berkualitas dan Berkeadilan, dan Agenda Prioritas Nasional 6: Membangun Lingkungan Hidup, Meningkatkan Ketahanan Bencana, dan Perubahan Iklim. Pada Prioritas Nasional 6, Ekonomi Sirkular berada dibawah payung Pembangunan Rendah Karbon (PRK) yang juga merupakan salah satu upaya untuk mencapai ekonomi hijau dengan menekankan kegiatannya pada lima sektor prioritas.
Tiga dari lima sektor PRK berkaitan erat dengan prinsip-prinsip ekonomi sirkular, yakni pengelolaan limbah, pembangunan energi berkelanjutan, dan pengembangan industri hijau. Keterkaitan ini terlihat dari implementasi ekonomi sirkular yang mampu mengurangi timbulan limbah yang dihasilkan dan dibuang, mengutamakan penggunaan energi terbarukan, dan mendukung efisiensi penggunaan sumber daya alam, produk yang dihasilkan, serta proses yang digunakan pada industri sehingga lebih ramah lingkungan.
Manfaat Ekonomi Sirkuler
Pada tahun 2021, Kementerian PPN/Bappenas bersama dengan United Nations Development Programme (UNDP) Indonesia dan Pemerintah Kerajaan Denmark telah meluncurkan. Laporan “Manfaat Ekonomi, Sosial dan Lingkungan Ekonomi Sirkular di Indonesia”.
Manfaatnya meliputi:
Rp 593 triliun -Rp638 triliun Berpotensi menghasilkan tambahan PDB di 2030
4,4 Juta: Lapangan kerja hijau tercipta (75% merupakan tenaga kerja perempuan) di tahun 2030
126 Juta Ton Emisi CO2-ek diturunkan pada tahun 2030
18 - 52 % Pengurangan limbah di sektor prioritas pada tahun 2030
6,3 miliar m3. Pengurangan penggunaan air di tahun 2030
5 Sektor Prioritas Penerapan Ekonomi Sirkular di Indonesia
Ada 5 sektor yang memiliki potensi besar untuk mengadopsi ekonomi sirkular di Indonesia. Kelima sektor ini merepresentasikan hampir ⅓ dari PDB Indonesia dan mempekerjakan > 43 juta orang di tahun 2019 yaitu Makanan dan Minuman, Tekstil , Konstruksi , Grosir dan Eceran (Plastik) dan. Elektronik
Sektor ini menyumbang 9,3% dari total PDB pada 2019 dan merupakan subsektor terbesar dari sektor manufaktur. Sektor manufaktur sendiri merupakan sektor industri terbesar di Indonesia. Ekonomi Sirkuler tidak hanya dapat membantu menghindari kehilangan pangan dan limbah makanan (misalnya, dengan memperpendek rantai pasok), tetapi juga dapat membantu memanfaatkan kehilangan pangan dan limbah makanan untuk tujuan yang lebih produktif, seperti pembuatan kompos dan biogas. Rantai nilai yang lebih terlokalisasi dan agrikultur regeneratif juga dapat menyebabkan peningkatan keanekaragaman hayati pertanian.
Solusi Menuju Kebiasaan/ Habit
Sebelum memulai Langkah /Tindakan , ada baiknya mengubah mindset kita terkait Ekonomi Sirkuler. Selain itu, pendekatan Nudge (bujukan halus ala Richard Thaler) juga perlu tentu saja pendekatan kebijakan ( regulasi).
Ada tiga lngkah krusial dalam konsep ekonomi sirkuler yaitu :
1. Mengurangi Konsumsi
Fokus ekonomi sirkuler adalah penggunaan sumber daya alam dengan lebih baik serta tingkat konsumsi yang terlalu tinggi. Di abad ke-20, peningkatan penggunaan bahan baku dunia mencapai dua kali lipat dari pertumbuhan populasi. Saat ini, konsumsi masyarakat di negara-negara terkaya di dunia mencapai 10 kali lipat dari tingkat konsumsi masyarakat termiskin.
Di kalanan industri , isu mengerem konsumsi masih tabu, karena penjualan produk sebanyak-banyaknya masih menjadi prinsip utama kebanyakan model bisnis. Untuk mengubah mentalitas ini, diperlukan inovasi bisnis, dukungan kebijakan dan dorongan dari konsumen.
Di negara-negara kaya serta di antara masyarakat kelas menengah dunia, kampanye perubahan perliaku dan insentif kebijakan memiliki peran penting dalam mengubah perilaku ke arah yang benar terkait hal-hal seperti fast fashion, plastik dan sampah makanan. Saat ini, banyak negara berfokus pada pengurangaan penggunaan kantong plastik belanja sekali pakai yang sudah dilarang atau dikenai pajak dalam berbagai cara di 17 negara. Salah satu kebijakan terkuat diberlakukan di Kenya. Di Indonesia aturan tersebut masih relatif longgar. Sejak pemerintah Kenya mengeluarkan larangan ini di tahun 2017, 80% populasi sudah berhenti menggunakan kantong plastik sekali pakai.
2. Cara Mengonsumsi yang Lebih Baik
Ekonomi Sirkuler juga mencakup cara mengonsumsi yang lebih baik. Bagi konsumen, ini berarti memilih produk yang diproduksi dengan cara yang berkelanjutan atau dapat didaur ulang. Selain itu, kita juga bisa mengganti apa yang kita konsumsi, seperti beralih ke makanan sehat/organic/ vegan atau pola makan nabati yang memiliki berbagai manfaat terkait emisi dan sumber daya alam lainnya dibandingkan dengan daging. Sayangnya jenis makanan semacam ini masih mahal.
Kesadaran konsumen akan keberlanjutan terus meningkat secara global. Saat ini tekanan dari konsumen berperan besar dalam mendorong pelaku bisnis untuk mengubah cara mereka dan mendorong pemerintah untuk mengeluarkan kebijakan-kebijakan yang mendukung. Sebagai bentuk lain dari cara konsumsi yang lebih baik, kita malah dapat menghindari membeli barang dan beralih ke model sirkuler seperti platform berbagi.
Layanan streaming adalah salah satu perwujudan cara konsumsi yang lebih baik tanpa mengakibatkan gangguan. Dalam satu dekade terakhir, produksi dan konsumsi CD dan DVD fisik sudah jauh berkurang. Perubahan perilaku ini tidak mengganggu cara hidup kita sama sekali. Kita hanya mengganti cara kita mengonsumsi hiburan dengan cara yang lebih baik dan lebih berkelanjutan.
Peralihan ke cara konsumsi yang lebih baik merupakan peluang besar bagi perusahaan-perusahaan yang inovatif/ start up untuk beradaptasi ke model bisnis yang baru.
3. Menciptakan Perubahan Sistemik
Konsumen tidak dapat berbuat banyak mengingat sistem ekonomi kita menggunakan model linier; take-make-waste. Yang kita butuhkan sekarang adalah perubahan sistemik sehingga keberlanjutan tidak hanya bergantung pada pilihan konsumen.
Ekonomi sirkuler didasari oleh prinsip bahwa produk seharusnya dirancang tahan lama menggunakan komponen atau material yang dapat digunakan kembali. Model bisnis ini juga lebih menguntungkan secara ekonomi untuk mesin-mesin besar seperti mesin fotokopi, pemindai MRI atau peralatan agrikultur. Karena mesin-mesin ini memiliki biaya di muka yang besar dan dibuat menggunakan bahan-bahan yang mahal. Banyak perusahaan-perusahaan besar berhasil menggunakan model sirkuler dimana produk dapat dikembalikan untuk mereka perbaharui atau gunakan kembali bahan-bahannya. Sudah saatnya, model ini harus digunakan dalam skala besar dan diperluas ke produk-produk konsumen lainnya.
Demikian konsep mengenai Ekonomi Sirkuler.. Mari kita mulai dengan aksi-aksi yang sederhana saja. Mulailah dari diri kita pribadi dulu setiap hari. Lebih mudah mengajak orang lain/ komunitas jika kita sudah merasakan manfaatnya…