Tanggal 15 Juni lalu, kita mengenang hari wafatnya salah satu maestro seni Indonesia Bagong Kussudiardja. Dia lahir di Yogyakarta, 9 Oktober 1928 dan wafat di Yogya, 15 Juni 2004, pada usia 75 tahun.
Google Doodle pada 9 Oktober 2017, sempat membuat ilustrasi tentang tokoh itu dalam mesin pencarinya.
Bagong, menurut Wikipedia, adalah seorang Koreografer dan pelukis Indonesia yang andal. Dia merintis kariernya sebagai penari Jawa klasik di Yogya pada 1954. Bagong kemudian mulai bersentuhan dengan seni tersebut melalui Sekolah Tari Kredo Bekso Wiromo, yang dipimpin oleh Pangeran Tedjokusumo, seniman tari ternama kala itu.
Tokoh ini mendirikan Pusat Latihan Tari (PLT) pada 5 Maret 1958 dan kemudian melahirkan padepokan yang legendaris, Padepokan Seni Bagong Kussudiardja pada 2 Oktober 1978.
Selama hidupnya, Bagong telah menciptakan lebih dari 200 tari dalam bentuk tunggal dan masal. Karya tarinya tersebut antara lain tari Layang-layang (1954), tari Satria Tangguh, serta Kebangkitan dan Kelahiran Isa Almasih (1968) serta Bedaya Gendeng (1980-an).
Bagong adalah anak kedua dari pasangan RB Tjondro Sentono dan Siti Aminah. Selain Bagong, saudaranya yang lain adalah Kus Sumarbirah, Handung Kussudyarsana, dan terakhir Lilut Kussudyarto. Kakeknya, Gusti Djuminah kabarnya adalah putra mahkota Sultan HB VII yang terpaksa harus menjalani hukuman karantina (pengasingan) karena membelot.
Penghargaan dari Paus
Bagong memiliki dua putra yang juga terjun di dunia seni yaitu Butet Kertaradjasa dan Almarhum Djaduk Ferianto. Djaduk berpulang pada 19 November 2019.Namun keduanya memilih jalur seni yang berbeda, Butet lebih menyukai seni peran, sedangkan Djaduk lebih memilih asyik masyuk bermusik lewat kelompok musik Kua Etnika.
Kakek enam cucu ini juga pelukis, bahkan termasuk perintis seni lukis batik kontemporer. Bagong juga pernah bermain film, antara lain dalam Kugapai Cintamu. Pada 1985, ia menerima Hadiah Seni dari Pemerintah RI, dan penghargaan Sri Paus Paulus VI atas fragmennya Perjalanan Yesus Kristus. Dia meraih medali emas dari pemerintah Bangladesh pada 1980 untuk lukisan abstraknya yang dipamerkan di Dacca.
Belajar di AS & Keliling Eropa
Martha Graham adalah guru Bagong semasa belajar di AS dan Eropa dalam kurun waktu 1957-1958. Martha Graham merupakan pakar tari legendaris dan terkenal karena tekniknya yang mendobrak pakem.
Pada Desember 1984, Bagong memulai perjalanan seni selama lima bulan ke tujuh negara Eropa. Kiprahnya bersama 14 penari adalah menggelar 69 kali kegiatan seperti pentas tari, seminar, lokakarya, pameran batik, dan demonstrasi melukis batik. Pada Hari Kebangkitan Nasional di Jakarta, 20 Mei 1985, Bagong menggelar Pawai Lintasan Sejarah Indonesia yang didukung 710 penari dan figuran.
Sebulan kemudian, Bagong beserta 100 penari tampil di pesisir Parangtritis, 27 km di selatan Yogyakarta. Pentas tari kreasinya berjudul Kita Perlu Berpaling ke Alam dan Bersujud pada-Nya. Bulan berikutnya dia memboyong 15 penari untuk pentas di Malaysia yaitu membawakan tari Gema Nusantara, Igel-igelan, dan Ratu Kidul. Pada 5 Oktober 1985 di Jakarta, Bagong menampilkan pawai kolosal, Pawai Lintasan Sejarah ABRI yang melibatkan 8.000 seniman, militer, hansip, dan veteran.
Masa kecilnya yang sulit, kendati ia cucu G.P.H. Djuminah, kakak Sri Sultan Hamengkubuwono VIII, membuat Bagong senang bekerja keras. Ayahnya, pelukis wayang dan penulis aksara Jawa, kurang mampu menopang kehidupan keluarga. Akibatnya, Bagong harus ikut meringankan beban keluarga dengan bekerja secara serabutan seperti menambal ban dan jadi kusir andong.
Sumber: Dari Kanal.co dan berbagai sumber