Sosok

Pak Basuki : Sederhana dalam Hidup, Kaya dalam Karya

basuki
Sumber: Foto Antara

Pak Bas, Pak Basuki atau Basuki Hadimulyono, adalah sosok menteri di era Presiden Jokowi ( 2014-2019 dan 2019-2024)  yang unik dan langka.  Gayanya nyeleneh, nyentrik, mahir menabuh drum, merakyat dan sangat jauh dari kesan formal ala pejabat zaman dulu.

Gaya kesehariannya sangat sederhana. Dia tidak sungkan makan siang di Kantin Karyawan di Kementerian PUPR. HP nya, tetap jadul, merek Nokia seri 216. Yang hanya digunakan  untuk telpon dan sms. “Di seluruh dunia cuma dua yang masih masih pakai. Saya dan PM Belanda (Mark Rutte). Dua kali Saya jemput Beliau di Bandara Halim Perdanakusuma, yang pertama saya tanyakan,  mana handphone?’ kata Pak Bas sambil terkekeh. Saking jadulnya HP, Pak Bas sering diprotes Bu Ani (Menkeu Sri Mulyani). “Bu Menteri Keuangn itu selalu protes. Tapi kalau Saya SMS,  Beliau juga bales pakai SMS.”

Rumah Pak Bas, di Komplek Pengairan, Margahayu, Bekasi Timur, Kota Bekasi juga pernah terancam digusur untuk proyek Tol Becakayu pada tahun  2019. "Jangan dikira mudah…Anak saya tiga,  itu kan dari kecil di situ. Waktu saya kasih tahu, ya.. nangis. Soalnya, teman-teman kampungnya di situ," jelas  Basuki ringan.

Rumah Pak Basuki

Basuki adalah satu-satunya menteri PUPR yang berlatar belakang Teknik Geologi. Dia Angkatan 1973 di alumni Teknik Geologi UGM. Saat  kumpul-dengan para yuniornya di Geologi,  Dia biasa dipanggil Mas Basuki. Kalau ngobrol dengan koleganya, dia  enteng saja  menggunakan  bahasa Jawa kasar alias ngoko. Tanpa batas dan santai.

Pria kelahiran Surakarta, pada 5 November 1954 itu, adalah anak keempat dari delapan bersaudara. Ayahnya  adalah TNI Angkatan Darat, sehingga Basuki kecil sering hidup berpindah-pindah tempat mengikuti tugas Ayahnya. Dia menyelesaikan Pendidikan SD di Palembang, Sumsel, SMP di Palembang dan Papua. Kemudian, dia menamatkan Pendidikan SMA nya di SMAN 5 Surabaya, Jatim. Setelah itu, dia memilih kuliah di Teknik Geologi UGM, Yogjakarta.

Suka Iseng & Penabuh Drum

Menurut teman-teman seangkatannya, Basuki yang dulunya gondrong relatif menonjol sejak di bangku kuliah. Kendati begitu, tidak satu orangpun yang mengira--setelah tiga dekade lulus dari kampus—Basuki bakal menjadi orang nomor satu di KemenPUPR.

Dia juga dikenal suka “menjaili” teman-teman seangkatannya termasuk saat  pelaksanaan kuliah lapangan di Bayat, Klaten, Jateng (lokasi historik tempat praktek lapangan mahasiswa Geologi).  Selama sebulan kuliah lapangan, pada tahun 1970-an, mereka tinggal di rumah pak Lurah. Tidurnya berjejer di atas ‘amben’ (balai-balai bambu berrukuran 4 x 6 meter yang merupakan tempat duduk sekaligus tempat tidur). Ada beberapa amben tersedia. Tiap amben biasanya ditempati delapan orang mahasiswa, tidur berjejer, bak pindang.

Malam itu semua mahasiswa tertidur dengan pulas karena kelelahan setelah seharian melakukan praktek lapangan. Tapi anehnya.. mata Basuki tidak bisa terpejam. Muncul keisengannya. Dia lantas berdiri.. melirik kanan dan kiri, Kemudian sreett..Basuki  menarik sarung salah satu temannya yang sedang tertidur lelap.  Temannya itu tentu saja langsung terjaga…Kaget, kesal dan gusar.  Sambil mengomel-ngomel dan menahan kantuk, sang teman bangun dan siap menyergap  sang pelaku.  Basuki yang cengesesan.. sudah berdiri di ujung amben. Terjadilah aksi kejar mengejar diantara keduanya dengan melompati mahasiswa lain yang masih tertidur.  Namun kehebohan  tersebut memaksa semua terbangun. Dan akhirnya.. mereka tergelak bersama menonton aksi kejar-kejaran karena ulah Basuki.

Satu lagi yang unik… sejak  di kampus, Basuki memang anak band, posisi favoritnya dari dulu adalah penggebuk drum. “Sekadar hobi, tidak ingin dijadikan profesi,” tukasnya. Hingga saat ini. Pak Bas masih sering ‘ngejam’ setiap Jumat malam di Kantor KemenPUPR.  Jika  ada acara reuni, peresmian jalan tol, atau acara resmi kementrian lainnya, yang menampilkan hiburan band lengkap, Basuki tak sungkan tampil sebagai drumer.

Di era Kabinet Presiden Jokowi (2019-2024) Basuki didapuk menjadi penabuh drum  grup band ‘Elek Yo Ben’. Grup ini beranggota  sejumlah anggota Kabinet –kendati beberapa diantaranya diganti di tengah jalan--- yaitu Kepala Badan Ekonomi dan Industri Kreatif, Triawan Munaf (keyboard), Budi Karya Sumadi (bas), Menteri Ketenagakerjaan Hanif Dakari (gitar dan vokal), Menteri Luar Negeri Retno Marsudi (vokal), Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Basuki Hadimuljono (drum), dan Menteri Keuangan Sri Mulyani (vokal).

Basuki juga pernah berkolaborasi di klip video dengan Iwan Fals menyanyikan lagu “Kumenanti Seorang Kekasih.” Iwan  memetik gitar, dan Basuki tetap menggebuk drum

Basuki adalah ASN karir di Kementerian PUPR. Dari awal sampai sekarang, dia setia mengabdi di KemenPUPR. Begitu lulus dari Kampus  dia langsung bekerja sebagai ASN di PUPR.  Setelah beberapa tahun, ia memperoleh beasiswa dari kementerian untuk melanjutkan studinya hingga memperoleh gelar master dan doktor dari Universitas Colorado, masing-masing  di usia 35 tahun dan 38 tahun. Kembali ke Indonesia, Basuki mengemban berbagai penugasan yaitu Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian antara tahun 2005 dan 2007. Setelah itu, Irjen Kementerian hingga 2013. Jabatan terakhir yang dijabatnya sebelum diangkat menjadi menteri pada Oktober 2014 adalah Dirjen Perencanaan Tata Ruang. Dia juga terlibat dalam rehabilitasi pasca tsunami 2004 di Aceh, penanganan banjir lumpur Lapindo-Sidoarjo (2006-2007), perbaikan jalan Tol Purbaleunyi serta pengelolaan kelangkaan pangan di Kabupaten Yahukimo (2006). Pada Mei 2012, Basuki juga pernah diangkat sebagai komisaris utama di BUMN, Wijaya Karya.

Sepi  dalam keramaian Karya

Basuki merupakan sosok menteri yang senang bekerja dalam sepi.Mirip filosofi Jawa: “Sepi in Pamrih, Rame ing Gawe”.

Misalnya, tiba-tiba dia sudah ada di Papua mengecek proyek Jembatan Merah di Jayapura. Besok diam-diam Basuki sudah di Mandalika melihat pembangunan sirkuit internasional motoGP, hari berikutnya tanpa lelah dia sudah beraksi di Kutai Kartanegara,   Kalimantan Timur melihat kemajuan pembangungan  IKNB.

Sosok Basuki tidak senang tampil di media dan menjadi pusat lampu sorot publik. Apalagi mencari sensasi untuk viral. Sering mendampingi Presiden Jokowi ke berbagai proyek infrrastuktur, tapi tetap tidak ingin pamer. 

Visi pembangungan infrastruktur di era Jokowi diterjemahkan Basuki dengan lugas dan cerdas. Hal ini terlihat  selama 77 tahun Indonesia merdeka, Duet Jokowi- Basuki mampu menggeber pembangunan infrastruktur secara fenomenal. Selama hampir dua periode pemerintahan Jokowi, Basuki sukses mengawal pembangunan jalan tol sekitar 2.000 km, jalan non-tol lebih dari 5.000 km (sebagian besar di perbatasan Papua dan Kalimantan), 53 bendungan, 15 bandara baru, 124 pelabuhan baru, jembatan sepanjang 26,9 km, serta rumah susun sebanyak 56.590 unit.

Pencapaian yang ‘dahsyat’ selama sewindu ini [tanpa mengabaikan kontribusi berbagai pihak ] menyebabkan Basuki dijuluki ‘Panglima Infrastruktur’.

Namun, pasti apa yang dikerjakan Basuki tidak terlepas dari visi Presiden Jokowi. Karena itu, di setiap kesempatan Basuki selalu lantang mengatakan: “Tidak ada visi menteri, yang ada adalah visi presiden.” Apa yang diperintahkan Presiden dilaksanakan dengan sepenuh hati. Pasti ada dinamika, diskusi, dan perbedaan..  tapi tidak perlu harus muncul ke publik.

Tapi duet  Jokowi-Basuki… mempunyai mimpi yang sama, punya etos kerja dan filosofi yang mirip: Sederhana dalam kehidupan sehari-hari, sepi dari puja-pujian, banyak bekerja dalam diam untuk diwariskan ke gtenerasi berikutnya.

Sumber: Dari berbagai sumber lain & tulisan Anip Punto Utomo