KATAHATI.ID, JAKARTA—Delos, startup akuakultur Indonesia siap membantu petambak udang meningkatkan kapasitas mereka termasuk produktivitas petambak dengan teknologi berbasis sains sehingga mampu menjadikan Indonesia, produsen udang terbesar di dunia.
"Delos terus mengejar ambisi menjadikan Indonesia sebagai produsen udang terbesar di dunia, menjadi pemimpin Revolusi Biru serta membekali para petambak dengan teknologi berbasis sains dan manajemen operasional," kjelas CEO Delos Guntur Mallarangeng dalam keterangan tertulis di Jakarta, Rabu (5 Okt 2022).
Delos masih terus meniti peluang agar Indonesia sebagai negara maritim terbesar di dunia dengan garis pantai sepanjang 95.000 km dapat memiliki komoditi ekspor udang yang besar. Bahkan, sebetulnya Indonesia mampu menjadi produsen udang terbesar di dunia, jika 75% dari total keseluruhan tambak di Tanah Air dapat berkontribusi lebih dari 10% kuantitas ekspor.
"Perjalanan sebagai pemimpin Revolusi Biru akuakultur Indonesia akan terus berlangsung dan kami berkomitmen membantu serta mendukung para petambak untuk meningkatkan produktivitas panen mereka," kata Guntur. Revolusi Biru merupakan gerakan mengubah cara pandang daratan menuju maritim. Cara pandang tersebut mengacu pada konsep pembangunan berkelanjutan untuk meningkatkan produksi kelautan dan perikanan.
Bantu Petambak Udang dengan AquaHero
Sementara itu, usai meraih pendanaan tahap awal dari sejumlah investor seperti MDI Ventures di mana ada Arise Fund (co-invest dengan Finch Capital) dan Centauri Fund (co-invest dengan KB Financial Group), serta Alpha JWC, Delos berhasil meluncurkan aplikasi AquaHero yang menjadi gabungan antara sains, teknologi, dan manajemen operasional untuk memudahkan petambak memantau dan meningkatkan produktivitas tambak udang mereka berdasarkan data. AquaHero merupakan aplikasi untuk membantu petambak udang meningkatkan kapasitas mereka.
Sebelumnya, awal Maret 2022, Delos mendapat tambahan pendanaan tahap awal (Seed Extension Round) sejumlah US$ 8 juta sekitar Rp 114 miliar yang dipimpin oleh Centauri Fund milik MDI-KB dan Alpha JWC Ventures.
AquaHero menggunakan metode pengumpulan data modern dan metode sains mutakhir untuk memperkirakan perlakuan yang dibutuhkan sekaligus untuk meminimalisir risiko dalam budi daya udang. Sistem tersebut telah diimplementasikan pada tambak-tambak udang yang tergabung dalam ekosistem Delos.
Setelah setahun Delos telah berhasil mengelola ratusan hektar area tambak udang intensif dan super-intensif yang tersebar di seluruh Indonesia. Namun, masih banyak hektar area tambak lain di seluruh Indonesia yang memerlukan dukungan Delos.
Dari keseluruhan tambak yang telah dikelola, Delos mampu meningkatkan produktivitas hasil panen hingga dua kali lipat dari sebelumnya, ekaligus berhasil mencegah penyakit dengan tes kualitas air yang rutin dilakukan setiap hari. "Sementara dari segi profitabilitas, tim manajemen selalu memantau biaya operasional tambak, sehingga modal budi daya udang yang dikeluarkan menjadi lebih efisien," ujar Guntur.
Delos Maririm Institut
Di sisi lain, Delos Maritim Institut (DMI) yang merupakan salah satu program pelatihan akuakultur perseroan yang berfokus pada kualitas SDM yang berkelanjutan pada masa mendatang, telah merampungkan angkatan studi pertamanya.
DMI tahap kedua membuka seleksi untuk peserta didik angkatan kedua yang tidak hanya menyasar mahasiswa semester akhir dan lulusan baru, namun juga mengajak anak kolam dan anak nelayan untuk berpartisipasi sebagai peserta pada Oktober mendatang. Delos ingin memfasilitasi anak-anak bangsa yang ingin belajar langsung di bidang akuakultur, khususnya budidaya udang. "Mewujudkan mimpi menjadikan Indonesia sebagai pemain utama ekspor udang dunia memang tidak mudah. Namun, dengan potensi alam dan sumber daya manusia yang dikelola dengan baik, Delos percaya mimpi ini akan segera tergapai," kata Guntur. (Tim Redaksi)